THE DIVINE MATRIX - Menyingkap Rahasia Alam Semesta
THE DIVINE MATRIX: Menyingkap Rahasia Alam Semesta
.
“Dahulu kala, dunia kami jauh berbeda dengan saat ini. Orang masih sedikit, dan kami lebih dekat dengan alam. Orang-orang memahami bahasa hujan, tanaman, dan Sang Pencipta Agung. Mereka bahkan tahu cara berbicara pada bintang-bintang dan penduduk luar angkasa. Mereka sadar kehidupan itu sakral dan hadir melalui perkawinan Ibu Bumi dan Bapa Angkasa. Pada masa itu, semua orang berbahagia dan hidup harmoni.
.
“Kemudian sesuatu terjadi. Tidak ada yang tahu kenapa, tapi orang-orang mulai lupa pada jati diri mereka. Dalam kelupaan ini, mereka mulai merasa terpisah—terpisah dari bumi, dari satu sama lain, dan dari Sang Pencipta. Mereka tersesat dan mengembara tanpa arah. Mereka merasa harus bertarung untuk bertahan hidup dan melindungi diri sendiri dari kekuatan-kekuatan alam yang memberi mereka kehidupan. Tak lama berselang, seluruh energi mereka terkuras untuk melindungi diri dari dunia ‘di luar’ mereka alih-alih berdamai dengan dunia ‘di dalam’ diri mereka.
.
“Meskipun mereka telah melupakan jati dirinya, di suatu tempat dalam diri mereka, anugerah leluhur mereka tetap bertahan. Masih ada sekeping kenangan yang hidup dalam diri mereka. Dalam mimpi-mimpi mereka di malam hari, mereka tahu mereka memiliki kekuatan untuk menyembuhkan tubuh mereka sendiri, mendatangkan hujan bila diperlukan, dan berbicara dengan leluhur mereka. Mereka tahu, entah bagaimana caranya mereka sanggup menemukan kembali jati dirinya. Saat mencoba mengingat jati dirinya, mereka mulai membangun benda-benda ‘di luar’ diri mereka untuk mengingatkan mereka tentang siapa sesungguhnya mereka ‘di dalam’ dirinya sendiri. Seiring waktu, mereka bahkan menciptakan mesin untuk menyembuhkan, meramu bahan kimia untuk meningkatkan hasil panen, dan membentangkan kabel untuk komunikasi jarak jauh. Semakin jauh mereka mengembara dari dunia batin, kehidupan di luar pun semakin kacau dengan hal-hal yang mereka percaya mampu membuat mereka bahagia."
.
Terbit akhir September 2018.
Jumlah hlm: 400.
.
.
Harga: Rp 105.000
.
“Dahulu kala, dunia kami jauh berbeda dengan saat ini. Orang masih sedikit, dan kami lebih dekat dengan alam. Orang-orang memahami bahasa hujan, tanaman, dan Sang Pencipta Agung. Mereka bahkan tahu cara berbicara pada bintang-bintang dan penduduk luar angkasa. Mereka sadar kehidupan itu sakral dan hadir melalui perkawinan Ibu Bumi dan Bapa Angkasa. Pada masa itu, semua orang berbahagia dan hidup harmoni.
.
“Kemudian sesuatu terjadi. Tidak ada yang tahu kenapa, tapi orang-orang mulai lupa pada jati diri mereka. Dalam kelupaan ini, mereka mulai merasa terpisah—terpisah dari bumi, dari satu sama lain, dan dari Sang Pencipta. Mereka tersesat dan mengembara tanpa arah. Mereka merasa harus bertarung untuk bertahan hidup dan melindungi diri sendiri dari kekuatan-kekuatan alam yang memberi mereka kehidupan. Tak lama berselang, seluruh energi mereka terkuras untuk melindungi diri dari dunia ‘di luar’ mereka alih-alih berdamai dengan dunia ‘di dalam’ diri mereka.
.
“Meskipun mereka telah melupakan jati dirinya, di suatu tempat dalam diri mereka, anugerah leluhur mereka tetap bertahan. Masih ada sekeping kenangan yang hidup dalam diri mereka. Dalam mimpi-mimpi mereka di malam hari, mereka tahu mereka memiliki kekuatan untuk menyembuhkan tubuh mereka sendiri, mendatangkan hujan bila diperlukan, dan berbicara dengan leluhur mereka. Mereka tahu, entah bagaimana caranya mereka sanggup menemukan kembali jati dirinya. Saat mencoba mengingat jati dirinya, mereka mulai membangun benda-benda ‘di luar’ diri mereka untuk mengingatkan mereka tentang siapa sesungguhnya mereka ‘di dalam’ dirinya sendiri. Seiring waktu, mereka bahkan menciptakan mesin untuk menyembuhkan, meramu bahan kimia untuk meningkatkan hasil panen, dan membentangkan kabel untuk komunikasi jarak jauh. Semakin jauh mereka mengembara dari dunia batin, kehidupan di luar pun semakin kacau dengan hal-hal yang mereka percaya mampu membuat mereka bahagia."
.
Terbit akhir September 2018.
Jumlah hlm: 400.
.
.
Harga: Rp 105.000
Komentar
Posting Komentar