Misykat Al Anwar : Tafsir Ayat Cahaya dan Telaah Kritis Pakar
Oleh Imam Al Ghazali
Judul asli Misykat Al Anwar Fi Tauhid Al Jabbar
Penerjemah: Drs. Hasan Abrori MA & Drs. Mashur Abadi
Penerbit Pustaka Progressif
Harga: Rp 100.000,- (Baru, stok lawas, ORIGINAL)
Keberadaan alam bisa dikualifikasikan menjadi tiga. Pertama, ada sebelum segalanya ada, tanpa didahului ketiadaan. Ia ada secara abadi, meski selainnya hancur atau tiada lagi. Kedua, dari tidak ada, kemudian dicipta menjadi ada untuk selamanya. Ketiga, dari tidak ada lalu diciptakan, tapi kemudian ia mengalami kehancuran atau tidak ada lagi.
Dari sini imam Ghazali membahas keberadaan makhluk hidup yang ternyata --menurut dia-- semu. Atau dalam istilah cahaya, keberadaannya dikarenakan pantulan cahaya Sang Khaliq sebagai sumber cahaya atau cahaya hakiki.
Agar dapat mengenali keberadaan atau kedudukan diri --ditengah makhluk lain, juga dihadapan Allah--, imam Ghazali dengan "Tafsir Ayat Cahaya"nya ini, mengajak kita untuk menerawang sentral dunia tasawuf, dengan mengacu pada dua nash ; QS. An-Nur : 35 dan hadis tentang hijab Allah yang berlapis. Tingginya pemikiran tasawuf dan filsafat yang tertuang di dalamnya, membuat para ahli menempatkan buku ini pada peringkat tertinggi dari karya-karya tasawuf Ghazali dan para sufi besar lainnya.
Di samping itu, buku ini juga dilengkapi dengan telaah kritis dari W.H.T Gairdner, direktur The School for Oriental Studies Cairo terhadapnya, dengan harapan pembaca bisa menyimpulkan sendiri bagaimana pandangan pakar Barat baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Buku ini merupakan awal dari serial Ghazalian yang akan disusul dengan buku-buku karya imam Ghazali berikutnya juga kajian-kajian tentang pemikiran beliau lainnya.
Judul asli Misykat Al Anwar Fi Tauhid Al Jabbar
Penerjemah: Drs. Hasan Abrori MA & Drs. Mashur Abadi
Penerbit Pustaka Progressif
Harga: Rp 100.000,- (Baru, stok lawas, ORIGINAL)
Keberadaan alam bisa dikualifikasikan menjadi tiga. Pertama, ada sebelum segalanya ada, tanpa didahului ketiadaan. Ia ada secara abadi, meski selainnya hancur atau tiada lagi. Kedua, dari tidak ada, kemudian dicipta menjadi ada untuk selamanya. Ketiga, dari tidak ada lalu diciptakan, tapi kemudian ia mengalami kehancuran atau tidak ada lagi.
Dari sini imam Ghazali membahas keberadaan makhluk hidup yang ternyata --menurut dia-- semu. Atau dalam istilah cahaya, keberadaannya dikarenakan pantulan cahaya Sang Khaliq sebagai sumber cahaya atau cahaya hakiki.
Agar dapat mengenali keberadaan atau kedudukan diri --ditengah makhluk lain, juga dihadapan Allah--, imam Ghazali dengan "Tafsir Ayat Cahaya"nya ini, mengajak kita untuk menerawang sentral dunia tasawuf, dengan mengacu pada dua nash ; QS. An-Nur : 35 dan hadis tentang hijab Allah yang berlapis. Tingginya pemikiran tasawuf dan filsafat yang tertuang di dalamnya, membuat para ahli menempatkan buku ini pada peringkat tertinggi dari karya-karya tasawuf Ghazali dan para sufi besar lainnya.
Di samping itu, buku ini juga dilengkapi dengan telaah kritis dari W.H.T Gairdner, direktur The School for Oriental Studies Cairo terhadapnya, dengan harapan pembaca bisa menyimpulkan sendiri bagaimana pandangan pakar Barat baik dari sisi positif maupun negatifnya.
Buku ini merupakan awal dari serial Ghazalian yang akan disusul dengan buku-buku karya imam Ghazali berikutnya juga kajian-kajian tentang pemikiran beliau lainnya.
Komentar
Posting Komentar